Contact Us
Find Our Page
// Instagram
// Follow Us

Thrifting: Revolusi Tren atau Jebakan Gaya Berkelanjutan?

Alinear Indonesia
25 November 2025
109
Thrifting: Revolusi Tren atau Jebakan Gaya Berkelanjutan?

"Dilema Gaya Masa Kini: Antara Thrifting Ramah Lingkungan dan Isu Serius Ekonomi Nasional. Mode Berkelanjutan Tidak Harus Mahal. Temukan Gaya Otentik Anda Sambil Menyelamatkan Bumi dari Sampah Tekstil–Kupas tuntas dilema thrifting di Indonesia: manfaat ramah lingkungan, tantangan impor, higienitas, dan pentingnya mendukung produk lokal/UMKM."

 
Di tengah hiruk pikuk tren mode yang serba cepat (fast fashion), praktik membeli pakaian bekas atau pre-loved (thrifting) muncul sebagai gerakan perlawanan yang elegan dan bertanggung jawab. Gerakan ini membuktikan bahwa sustainable fashion atau mode berkelanjutan bukanlah sebuah tren sesaat, melainkan fondasi penting bagi masa depan lingkungan, sekaligus cara ampuh untuk mengekspresikan identitas diri yang unik.
 
Apa Itu Thrifting dan Pre-loved Fashion?
Secara harfiah, Thrifting berarti berbelanja di toko barang bekas, toko amal, atau pasar loak. Istilah ini merujuk pada tindakan membeli barang-barang yang sudah tidak baru lagi, seringkali dengan harga yang sangat terjangkau.
 
Sementara itu, Pre-loved Fashion adalah istilah yang lebih halus dan sering digunakan untuk mendefinisikan pakaian yang sudah pernah dimiliki atau dikenakan, tetapi kondisinya masih sangat baik dan layak untuk digunakan kembali.
 

Photo by Jon Tyson on Unsplash
 
Intinya Ketika kita memilih thrifting, kita merujuk pada tindakan memberikan kehidupan kedua pada pakaian yang sudah ada, alih-alih membeli yang baru.
 
Mengapa Thrifting? Dampak Industri Fast Fashion
Sebelum kita menghargai nilai thrifting, kita perlu memahami tantangan lingkungan yang diakibatkan oleh industri mode cepat (fast fashion):
 
•• Limbah Tekstil Masif: Jutaan ton pakaian cepat dibuang dan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap tahunnya, menjadi sampah yang sulit terurai.
 
•• Eksploitasi Sumber Daya: Produksi pakaian baru sangat intensif sumber daya. Sebagai contoh, dibutuhkan ribuan liter air untuk menghasilkan satu kaus katun.
 
•• Polusi Kimia: Proses pewarnaan dan finishing tekstil melepaskan bahan kimia berbahaya ke saluran air.
 
Dengan memilih pre-loved, kita secara langsung mengurangi jejak karbon, air, dan limbah yang seharusnya terjadi dalam proses produksi baru.
 

Photo by Rumman Amin on Unsplash 
 
Sisi Negatif dan Tantangan Thrifting yang Perlu Diwaspadai
Meskipun memiliki niat baik, praktik thrifting juga memiliki tantangan dan sisi negatif, terutama terkait dengan pakaian impor dan kualitas barang yang beredar:
 
•• Isu Higienitas dan Kesehatan: Pakaian bekas, terutama yang dijual tanpa pembersihan dan sterilisasi memadai, berpotensi membawa kuman, bakteri, atau jamur yang dapat menimbulkan masalah kulit.
 
•• "Greenwashing" dalam Thrifting: Adanya pandangan yang salah bahwa semua pakaian pre-loved pasti ramah lingkungan. Padahal, volume limbah tekstil yang sangat besar tetap harus diangkut, diproses, dan didistribusikan secara global (terutama barang impor), yang masih menyisakan jejak karbon.
 
•• Banjir Pakaian Murah: Masuknya pakaian bekas impor secara masif ke pasar lokal dapat merusak harga pasar, yang pada akhirnya menekan industri manufaktur tekstil dan UMKM dalam negeri—isu utama yang sedang dihadapi Indonesia.
 

Photo by Julia Mayo on Unsplash
 
Aksi Ramah Lingkungan: Memperpanjang Masa Hidup Pakaian
Membeli barang pre-loved adalah tindakan sirkular yang menjadi inti dari mode berkelanjutan. Ketika Anda membeli pakaian bekas, Anda berkontribusi pada:
 
•• Pengurangan Permintaan: Mengurangi tekanan pada pabrik untuk memproduksi pakaian baru.
 
•• Mencegah Sampah: Memberikan kesempatan kedua pada pakaian, menjaganya agar tetap berada dalam siklus pemakaian.
 

Photo by Devin Avery on Unsplash
 
Ekspresi Identitas: Gaya yang Unik dan Otentik
Selain manfaat lingkungan, daya tarik thrifting juga terletak pada nilai artistik dan personalnya:
 
•• Harta Karun Unik: Toko thrift adalah gudang berisi potongan-potongan unik dari berbagai era (vintage).
 
•• Personal Styling: Pakaian pre-loved mendorong eksplorasi gaya pribadi, membebaskan Anda dari tren mainstream terbaru, menghasilkan gaya yang otentik.
 
•• Kualitas Lebih Unggul: Seringkali, pakaian vintage dibuat dengan standar kualitas dan material yang lebih tahan lama.
 
 
Tips Memulai Gaya Berkelanjutan yang Bertanggung Jawab
 
•• Prioritaskan Pasar Pre-Loved Lokal: Fokuskan pencarian pada barang pre-loved dari komunitas atau daerah Anda sendiri (local to local).
 
•• Dukung UMKM dan Produk Lokal: Selain pre-loved, pertimbangkan untuk membeli pakaian baru dari merek lokal atau UMKM sebagai alternatif yang secara langsung mendukung ekonomi domestik.
 
•• Tukar dan Jual: Berikan life cycle baru pada pakaian di lemari Anda yang tidak terpakai dengan menjual, menukar, atau mendonasikannya.
 
 
WRAP-UP!
Thrifting adalah perwujudan nyata bahwa fashion bisa menjadi jembatan antara gaya pribadi dan tanggung jawab sosial.
 
Secara global, peran thrifting terbagi dalam rantai nilai pakaian bekas:
 
•• Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menjadi pemimpin dalam budaya konsumsi pre-loved ritel (pasar retail).
 
•• Negara-negara Asia, khususnya Jepang dan Korea Selatan, dikenal sebagai sumber utama pakaian pre-loved dengan kualitas tinggi dan kurasi vintage.
 
•• Sementara itu, China memainkan peran dominan dalam pemrosesan dan perdagangan besar (manajemen dan ekspor) pakaian bekas.
 
Di Indonesia sendiri, thrifting telah berkembang menjadi fenomena budaya populer dan solusi gaya yang ekonomis. Namun, perlu diakui bahwa perdagangan pakaian bekas impor sedang menjadi isu serius dan kompleks, karena berpotensi merugikan industri tekstil dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal yang memproduksi pakaian baru.
 
 
Oleh karena itu, semangat berkelanjutan (sustainable fashion) dapat diwujudkan melalui dua jalur utama: Pertama, dengan mendukung pasar pre-loved yang bersumber dari dalam negeri (local to local). Kedua, dengan memprioritaskan pembelian produk dalam negeri (lokal), membantu menggerakkan roda perekonomian nasional, dan memberdayakan pelaku UMKM.
 
Dengan setiap keputusan fashion yang Anda ambil, Anda tidak hanya tampil unik dan berkarakter, tetapi juga memiliki implikasi terhadap lingkungan global dan perekonomian negara. Inilah saatnya bagi kita semua untuk melihat lemari pakaian bukan sebagai akhir konsumsi, tetapi sebagai awal dari sebuah revolusi keberlanjutan yang mencintai produk lokal Indonesia.

Videos & Highlights

Editor's Choice