ID | EN

Rekomendasi Buku Self-help untuk Bantu Berpikir Positif di Masa Swakarantina

Buku di bawah ini diharap mampu melatih Anda berpikir positif di tengah ketidakpastian hidup.

Untuk mengurangi wabah COVID-19, jutaan orang di seluruh dunia mau tidak mau mengurangi kontak sosial secara drastis. Ketidakpastian kapan wabah ini akan berakhir, perasaan tidak berdaya selama karantina tidak menutup kemungkinan memicu gejala depresi.

Dikutip dari https://www.alodokter.com/depresi, seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah dua minggu merasa putus harapan, sedih, dan tidak berharga dengan ciri-ciri psikologi merasa putus asa (frustasi), tidak stabil secara emosional, dan mengalami kecemasan berlebih.

Ada banyak cara yang bisa dicoba untuk menjaga pikiran tetap positif, salah satunya dengan membaca buku. Berikut rekomendasi buku self-help untuk menjauhkan Anda dari rasa putus asa terutama selama masa karantina.

1. Everything is F*cked: A Book about Hope

Setelah sukses dengan bukunya yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a F*ck, Mark Manson kembali mengajak pembaca memahami arti kebahagiaan, kebebasan, dan harapan melalui Everything is F*cked: A Book about Hope.

Manson juga mengajak pembaca melihat hubungan manusia dengan banyak hal termasuk politik, agama, uang, dan internet (hiburan), yang ternyata dapat memengaruhi sisi psikologis sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan membuat manusia berpikir apakah kondisi sulit bisa diubah atau diperbaiki ataukah tidak. 

2. I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki

Baek Se-hee berbagi catatan pengobatan terkait kondisi psikologi-nya lewat buku berjudul I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki. 12 minggu waktu konsultasi dituangkan ke dalam bab-bab yang sebagian besar berisi percakapan antara Se-hee dengan psikiater-nya.

See-he sempat didiagnosis distimia, suatu kondisi di mana ia mengalami depresi ringan yang berkepanjangan dan terus-menerus. Melalui buku ini, See-he memberikan gambaran bagaimana pentingnya mencintai diri sendiri dan berdamai dengan perasaan-perasaan yang kerap membuat resah. Di Korea Selatan sendiri, I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki menjadi salah satu best seller karena sarat akan nasihat agar pembaca dapat ikut mencintai diri sendiri.

3. 10% Happier

Dan Harris, pembawa acara Nightline, menceritakan kisah hidupnya yang lucu, tak terduga bahkan skeptic lewat 10% Happier. Setelah mengalami serangan panik saat membawakan Good Morning America, Harris mendapati dirinya harus melewati serangkaian ‘petualangan hidup’ yang aneh. Sampai akhirnya, ia berpikir bahwa sumber masalah dalam dirinya adalah suara yang terus-menerus bergaung di kepalanya yang memancing kepanikan dan mendorong dirinya untuk terus membuat keputusan bodoh. Sampai di suatu titik, Harris menemukan cara efektif untuk menaklukkan suara-suara tersebut, yakni meditasi yang ternyata juga ampuh untuk mengurangi stres.

 

 

Top photo source: https://pixabay.com/

 

Scroll To Top