ID | EN

Maternel, Produk Baju Menyusui yang Berawal dari Kegelisahan Seorang Ibu

Maternel menawarkan pakaian khusus untuk ibu menyusui.

Berawal dari pengalamannya yang pernah kerepotan saat harus memompa Air Susu Ibu ( ASI) di tempat kerja, karena saat itu kantornya tidak punya ruang khusus memerah ASI, Stephanie Tunggal terpaksa memompa ASI di ruangan untuk telepon. Kerepotan perempuan kelahiran Bogor, 26 September 1985 itu bisa sedikit berkurang saat ia mengenakan pakaian khusus menyusui. Namun sayangnya, tidak mudah menemukan baju menyusui yang bisa dipakai untuk bekerja. Kalau pun ada, harganya tergolong mahal.

Berangkat dari permasalahan itu lah, Stephanie memiliki ide untuk membuat usaha baju menyusui. Ia lalu mulai merintis bisnis itu dengan merek dagang Maternel pada tahun 2017. Maternel sendiri ia ambil berasal dari bahasa Prancis “de la mère” yang berarti keibuan. Lalu, ia ubah menjadi Maternel. Dalam kurun waktu dua tahun, usaha Stephanie berkembang cukup pesat. Saat ini, produksinya bisa mencapai 2.500 potong tiap bulan. Dengan harga jual mulai Rp 169.000 per potong, ia bisa mengantongi omzet Rp 350 juta sebulan.

Sejak masih bekerja di Google Asia Pasifik di Singapura pada 2012 silam, sebenarnya sudah ada keinginan menjadi pengusaha. Ia menyadari, sekalipun bekerja di perusahaan nomor satu dunia, tetap saja ada keterbatasan. Belum lagi, saat di Google, dia bekerja di bagian iklan usaha kecil dan menengah. Dari situlah, ia mengetahui dunia digital itu seperti apa. Jadi, ia pun tahu bagaimana cara mendapatkan pelanggan di dunia digital.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, ini akhirnya merealisasikan keinginannya menjadi pengusaha setelah tidak lulus masa percobaan saat bekerja di Tourism New Zealand pada Mei 2017. Hal ini membuatnya terguncang, karena di saat yang sama pengasuh anaknya mengundurkan diri, Stephanie pun memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Namun, karena dirinya terbiasa bekerja, baru dua minggu menganggur, dia sudah tak betah terus menerus di rumah.

Pemilik gelar Master of Business Administration (MBA) bidang Bisnis Internasional dari Université de Rennes 1, Prancis, ini akhirnya mulai menjajal peruntungannya dengan membuka usaha baju menyusui. Usaha itu ia mulai dengan mencari bahan yang pas untuk baju menyusui. Karena masih belum memiliki baby sitter, Stephanie menitipkan sang anak ke tempat penitipan anak (daycare).

Menurutnya, yang paling susah adalah saat haru mencari konveksi yang tepat. Setelah berselancar di dunia maya, Stephanie akhirnya menemukan sebuah konveksi yang mampu menyanggupi membuat baju menyusui sesuai desainnya. Sayang, hasilnya tidak sesuai ekspektasi, bahkan tidak dapat dipakai. Dan tak kunjung direvisi, meski sudah ia bayar.

Lalu, Stephanie kembali menemukan konveksi yang cocok. Hanya saja, setelah melewati beberapa kali revisi, begitu akan masuk proses produksi, pemilik konveksi mensyaratkan minimal produksi tiga lusin. Bagi Stephanie yang baru saja terjun ke dunia bisnis, jumlah itu sangat banyak. Lantaran tekadnya sudah kuat, akhirnya bisnis tetap dijalankan.

Dengan modal awal tidak sampai Rp 5 juta, untuk beli bahan, ongkos produksi, dan membuat situs sederhana, Stephanie resmi membuka usaha baju menyusui. Namun, ia masih bermain aman, ia membuat baju menyusui dengan model yang umum berbahan batik. Stephanie juga masih menjualnya lewat Instagram.

Lalu, atas saran dari teman, Stephanie menggunakan jasa influencer alias orang-orang yang punya pengikut banyak di media sosial dan pengaruh yang kuat terhadap followers-nya. Sebab, menurut temannya, model baju batik menyusui buatan Stephanie sebetulnya bagus, hanya kurang di pemasaran saja.

Ia lalu menggandeng beberapa artis, seperti Raya Kohandi dan Alice Norin. Penjualan pun mulai meningkat. Stephanie juga mulai berani mengeluarkan model baru, yang ia beri nama Sabrine Nursing Dress. Karena bentuknya yang tak umum, Sabrine Nursing Dress laku keras. Permintaan semakin meningkat saat ia menggunakan jasa artis lainnya, Sandra Dewi, dan Chelsea Olivia sebagai model.

Penjualan Maternel sendiri hingga kini masih 100% melalui kanal online. Selain lewat situs web, dia juga menjual produknya di beberapa situs e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia, serta Instagram. Sejauh ini, Stephanie belum berencana membuka toko offline. Sementara untuk urusan produksi, ia masih menyerahkannya pada dua mitra konveksi yang berlokasi di Tangerang. Salah satunya pernah ber-partner dengan butik online ternama. Stephanie pernah memiliki keinginan untuk mendirikan konveksi sendiri. Tapi, setelah melihat pengalaman temannya yang seorang desainer, ia pun membuang jauh-jauh keinginan itu. Saat ini, Maternel sudah memiliki beberapa koleksi di antaranya dress, atasan, gaun pesta, dan hijab.

 

Website: https://www.maternelwear.com
Instagram: @maternel.nursingwear

Scroll To Top