Contact Us
Find Our Page
// Instagram
// Follow Us

Tren Green Living: Dekorasi Rumah Berbasis Kelestarian dan Nilai Ekonomis

Alinear Indonesia
08 December 2025
96
Tren Green Living: Dekorasi Rumah Berbasis Kelestarian dan Nilai Ekonomis

"Melampaui tren yang bersifat sementara, masa depan dekorasi hunian berfokus pada apresiasi terhadap aset yang sudah dimiliki. Transisi menuju rumah yang lebih ramah lingkungan kini dapat dicapai melalui strategi yang efisien dan berkelanjutan, tanpa memerlukan alokasi anggaran yang berlebihan."

Photo by Evan Wise on Unsplash
 
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran paradigma signifikan dalam praktik dekorasi interior. Dahulu, kualitas sering diukur berdasarkan produk impor terbaru atau perabotan yang seragam dari ritel skala besar. Kini, definisi "estetika" telah berevolusi menjadi "tanggung jawab ekologis." Tren Dekorasi Berbasis Kelestarian (Sustainable Decor) tidak lagi dianggap sebagai opsi pelengkap, melainkan sebagai gaya hidup esensial yang mencerminkan kesadaran terhadap kelestarian bumi.
 
Mengimplementasikan konsep Green Living di dalam hunian tidak mengharuskan pelepasan semua perabotan lama dan penggantiannya dengan produk organik berharga tinggi. Sebaliknya, ini adalah seni menghargai nilai, memperpanjang siklus hidup produk, dan menjadi konsumen yang jauh lebih bijaksana.
 
Berikut adalah tiga pilar utama yang dapat segera diimplementasikan untuk menciptakan hunian yang lebih hijau dan berkarakter.
 
1. Optimalisasi Aset Preloved dan Upcycled
 
 
Alih-alih melakukan pembelian baru secara langsung, disarankan untuk mengeksplorasi bursa barang bekas, toko antik, atau platform e-commerce yang menyediakan barang preloved. Sebuah kursi kayu berusia dapat membawa narasi unik yang tidak dimiliki oleh produk manufaktur massal. Proses Upcycling—mentransformasi limbah atau barang bekas menjadi produk baru dengan nilai estetika atau fungsional yang lebih tinggi—merupakan inti dari dekorasi berbasis kelestarian. Sebagai contoh, modifikasi tangga kayu bekas menjadi rak buku fungsional, atau botol kaca menjadi vas bunga artistik. Pendekatan ini tidak hanya meminimalisir limbah, tetapi juga menghasilkan statement piece yang personal dan bernilai tinggi.
 
2. Prioritas pada Material Lokal dan Alami
 

Photo by Siwawut Phoophinyo on Unsplash 
 
Indonesia memiliki kekayaan material alami, termasuk kayu jati daur ulang, rotan, bambu, dan serat eceng gondok. Pemilihan dekorasi yang bersumber dari bahan-bahan ini berarti mendukung perajin domestik sekaligus memilih material yang memiliki kemampuan urai yang baik dan jejak karbon yang rendah (karena meminimalisir impor). Penggunaan rotan pada lampu gantung atau karpet dari serat alami secara langsung memberikan tekstur hangat dan menciptakan suasana tenang yang sejalan dengan estetika Wabi-Sabi atau Japandi (fokus pada apresiasi ketidaksempurnaan alami).
 
3. Integrasi Kehidupan Melalui Tanaman Interior
 

Photo by feey on Unsplash
 
Tanaman bukan sekadar elemen dekoratif, melainkan berfungsi sebagai filter udara alami. Kehadirannya secara instan menambahkan kedalaman, warna, dan yang paling penting, meningkatkan kualitas udara di dalam hunian. Dianjurkan memilih tanaman low-maintenance yang terbukti efektif menyerap toksin udara, seperti Sansevieria (Lidah Mertua) atau Epipremnum aureum (Sirih Gading). Penggunaan pot dari terakota (tanah liat) atau pot yang dibuat dari bahan daur ulang (misalnya kantong semen bekas) akan melengkapi nuansa kelestarian ini secara menyeluruh.
 

Photo by Star on Unsplash
 
WRAP-UP!
Tantangan Implementasi
Minggu ini, alih-alih mengunjungi ritel perabotan modern, tantang diri Anda untuk mengidentifikasi satu aset preloved di sekitar lingkungan Anda. Satu item hijau yang Anda pilih hari ini adalah investasi jangka panjang, baik untuk estetika hunian maupun untuk kelestarian planet.

Videos & Highlights

Editor's Choice