ID | EN

Masjid Segitiga yang Sempat Ditolak Warga

Masjid Jami'e Darussalam dengan atap segitiga.

Jika selama ini kita sering melihat atap masjid berbentuk kubah, lain halnya dengan Masjid Jami’e Darussalam. Atap masjid ini berbentuk segitiga. Tak heran jika warga setempat sering menyebutnya Masjid Segitiga. Masjid Jami’e Darussalam ternyata dirancang oleh Ridwan Kamil, semasa dirinya menjadi arsitek bersama Urbane, biro arsitektur yang ia dirikan bersama rekan-rekannya. Masjid ini berada di tengah pemukiman padat penduduk di Jalan Kotabumi Ujung, Kebon Melati, Jakarta Pusat, tak jauh dari Plaza UOB.

Masjid Segitiga merupakan ruislag, masjid yang dipindahkan dari tanah wakaf satu ke tanah wakaf lain. Masjid Jami’e Darussalam awalnya berada di atas tanah wakaf di Jalan Kotabumi, hanya berjarak 50 meter di belakang Plaza UOB. Namun, masjid tersebut sempat terkepung oleh tanah milik perusahaan swasta dan masuk dalam peta proyek pembangunan. Akhirnya, perusahaan tersebut mendapatkan izin dari Menteri Agama untuk menukar lokasi masjid ke tanah yang lebih luas di Jalan Kota Bumi Ujung, tak jauh dari lokasi semula.

Ruang utama masjid berada di bagian atas yang berbentuk segitiga, lengkap dengan mimbar dan dinding berhiaskan tulisan kaligrafi. Awalnya keberadaan masjid ini sempat ditolak warga sekitar karena bentuknya segitiga dinilai lebih mirip gereja dibanding masjid. Namun, setelah Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil dan beberapa pengurus masjid memberi penjelasan, lama kelamaan warga mulai menerima dan bersedia menggunakan Masjid Jami’e Darussalam.

Untuk biaya operasional sehari-hari, Masjid Segitiga mengandalkan sistem wakaf produktif, serta bantuan dana dari perusahaan-perusahaan di sekitar masjid. Masjid ini juga memiliki ruangan yang bisa disewa untuk berbagai acara.

Scroll To Top